MERDEKA!, Sebagai Salam Nasional dan Pekik Perjuangan Kita


Penetapan pekik MERDEKA! sebagai "Salam Nasional" dan "Pekik Perjuangan" Bangsa Indonesia itu diputuskan melalui Maklumat Pemerintah RI tanggal 31 Agustus 1945, dan secara resmi berlaku sejak 1 September 1945.
Di dalam Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 itu dijelaskan tentang tata-cara pengucapan salam nasional MERDEKA! Namun, untuk lebih jelasnya, Anda juga bisa memperagakan salam nasional ini, sebagai berikut:
“……….
Tangan kanan (lima jari dirapatkan terbuka keatas) naik setinggi telinga
#LimaJari rapat terbuka, apakah artinya itu?
Negara kita telah bersatu dan MERDEKA
#Lalu teriakkan suaramu "mengguntur" mengucapkan salam nasional kita: MERDEKA!
Artinya, kita siap sedia mempertahankannya walau dengan jalan yang (perngorbanan jiwa dan raga) bagaimanapun juga, MERDEKA!
……….”
Adalah Bung Karno, Soekarno, Ir. Soekarno, Presiden pertama kita yang membumikan pekik MERDEKA ini. Bung Karno menjadikannya sebagai senjata untuk menggembleng rakyat Indonesia agar semangat perjuangannya dalam rangka mempertahankan dan mengisi kemerdekaan 17 Agustus 1945 terus menyala-nyala. Dalam banyak kesempatan bertemu rakyat, Bung Karno selalu tak pernah lupa memekik Salam Nasional, MERDEKA!
Dan ini kata Bung Karno: “Pekik merdeka, saudara-saudara, adalah “pekik pengikat”. Dan bukan saja pekik pengikat, melainkan adalah cetusan daripada bangsa yang berkuasa sendiri, dengan tiada ikatan imperialisme—dengan tiada ikatan penjajahan sedikit pun. Maka oleh karena itu, saudara-saudara, terutama sekali fase revolusi nasional kita sekarang ini, fase revolusi nasional belum selesai, jangan lupa kepada pekik MERDEKA! Tiap-tiap kali kita berjumpa satu sama lain, pekikkanlah pekik “MERDEKA”!
Sebelum 1955, Pekik MERDEKA dengan tangan kanan (jari lima rapat terbuka) diangkat setinggi telinga, namun, setelah Bung Karno dan Bangsa Indonesia sukses menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 1955 di Gedung Merdeka Bandung, maka Salam Nasional atau Pekik Perjuangan MERDEKA itu pun diucapkan dengan tangan kiri terkepal naik tinggi meninju keatas (penguasa lalim).
Tetap MERDEKA!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Jangan Pernah Melupakan Aku” di Kota Bogor

Mengenang Jean Henry Dunant